Saudade berasal dari bahasa Portugis yang menggambarkan perasaan rindu yang mendalam terhadap seseorang atau sesuatu yang telah hilang. Buku ini mengajak pembaca untuk merenung dan merasakan kembali kenangan indah yang pernah ada, namun kini hanya tinggal bayang-bayang. Dengan gaya bahasa yang puitis dan penuh perasaan, Falla Adinda berhasil menyampaikan kerinduan dan kehilangan melalui setiap kata yang ditulisnya.
Dunia literasi Indonesia semakin diperkaya dengan kehadiran karya-karya yang menawarkan kedalaman emosi dan refleksi personal. Salah satu di antaranya adalah buku berjudul "Saudade (Kumpulan Senandika)" yang ditulis oleh Falla Adinda. Penulis ini dikenal luas di ranah publik tidak hanya sebagai seorang dokter, tetapi juga sebagai figur berpengaruh dan influencer yang aktif di media sosial. Latar belakangnya yang unik sebagai seorang profesional medis yang juga memiliki ketertarikan pada dunia tulis-menulis memberikan dimensi menarik pada karyanya ini. "Saudade" menarik perhatian karena genrenya yang spesifik dan inti emosional yang ditawarkannya.
Judul "Saudade" sendiri merupakan kunci utama untuk memahami esensi mendalam dari buku ini. Kata yang berasal dari bahasa Portugis dan Galisia ini seringkali dianggap sulit untuk diterjemahkan secara langsung ke dalam bahasa lain, namun esensinya merujuk pada perasaan rindu yang mendalam, melankolia, dan nostalgia yang bercampur aduk antara pahit dan manis terhadap sesuatu atau seseorang yang telah hilang, jauh, atau tidak diketahui keberadaannya. Kata ini secara bersamaan dapat membawa perasaan gembira sekaligus patah hati. Pemilihan judul ini bukan sekadar penamaan, melainkan sebuah penanda tematik yang kuat, segera mengisyaratkan kedalaman emosional buku dan potensi keterkaitannya dengan pengalaman universal manusia.
Dengan memilih kata yang memiliki resonansi emosional yang begitu spesifik dan mendalam, penulis secara sengaja menetapkan ekspektasi bagi pembaca. Ini menunjukkan adanya keputusan penulis untuk mengeksplorasi emosi manusia yang kompleks, melampaui sekadar kesedihan atau nostalgia biasa. Universalitas perasaan rindu dan kehilangan, bahkan jika tidak secara eksplisit didefinisikan sebagai "saudade" dalam budaya lain, menjadikan judul ini sebagai pintu gerbang emosional. Hal ini mengundang pembaca yang pernah mengalami perasaan serupa untuk terhubung dengan karya ini pada tingkat yang sangat pribadi, menunjukkan bahwa buku ini bertujuan untuk menjadi cermin bagi dunia batin pembaca itu sendiri. Dengan demikian, buku ini diposisikan sebagai lebih dari sekadar narasi; ia adalah sebuah pengalaman emosional yang dapat dibagi.
Falla Adinda dikenal dengan gaya penulisan yang lugas namun menyentuh hati. Dalam Saudade, ia menggunakan bahasa yang sederhana namun sarat makna, memudahkan pembaca untuk meresapi setiap kalimat dan merasakan emosi yang ingin disampaikan. Setiap senandika atau tulisan pendek dalam buku ini seperti potongan-potongan kenangan yang dirangkai menjadi sebuah cerita utuh tentang kerinduan dan kehilangan.
Gaya penulisan Falla Adinda dalam "Saudade" dicirikan oleh penggunaan bahasa yang sederhana namun memiliki kekuatan untuk membangkitkan perasaan yang mendalam. Sumber-sumber yang tersedia secara spesifik menyebutkan bahwa "senandika" dalam buku ini ditulis "dengan bahasa sederhana" namun mampu menyampaikan "senandika-senandika yang cukup menguras perasaan". Penekanan pada "karya-karya ini dibuat jujur berdasar apa yang dirasa oleh penulisnya" menunjukkan bahwa gaya bahasa yang digunakan lebih mengutamakan autentisitas emosi daripada kompleksitas retorika atau metafora yang rumit. Gaya penulisan yang jujur dan sederhana ini seringkali lebih efektif dalam menyampaikan emosi mentah dan menciptakan resonansi langsung dengan pembaca.
Falla Adinda adalah sosok multifaset yang lahir di Jakarta pada 15 Agustus 1989. Sejak kecil, ia memiliki cita-cita menjadi dokter dan berhasil mewujudkannya dengan lulus dari Fakultas Kedokteran Universitas YARSI. Di samping profesi medisnya, Falla Adinda juga dikenal luas sebagai figur publik dan influencer di media sosial, terutama di Twitter, di mana ia memiliki banyak pengikut dan sering disebut sebagai "selebtwit".
Kepopulerannya semakin meningkat saat ia aktif membagikan pandangannya mengenai penanganan COVID-19 sejak tahun 2020. Ia bahkan menjadi relawan di Rumah Sakit Darurat Penanganan COVID-19 Wisma Atlet dari Februari hingga Maret 2020, dan kemudian bergabung dengan Satuan Tugas Nasional Penanganan COVID-19 Sub Bidang Mitigasi pada Agustus 2020. Pengalamannya sebagai dokter ko-ass dan kemudian sebagai dokter profesional telah memaparkannya pada berbagai spektrum emosi manusia, termasuk kehilangan, kesedihan, dan proses penyembuhan.
Meskipun "Saudade" diterbitkan pada akhir 2019, sebelum puncak perannya sebagai influencer COVID-19, sebuah informasi menyebutkan bahwa Falla Adinda "baru saja menyelesaikan buku berjudul Saudade ini" saat membahas kegiatannya sebagai relawan COVID-19. Hal ini mengindikasikan bahwa proses penulisan buku ini mungkin bertepatan dengan atau dipengaruhi oleh pengalaman awal-awal pandeminya, atau setidaknya, ia sedang dalam proses refleksi mendalam pada saat itu. Profesi dokter seringkali melibatkan interaksi dengan pasien dalam kondisi rentan, menghadapi rasa sakit, harapan, dan kehilangan. Pengalaman ini dapat memperkaya perspektif seorang penulis tentang emosi manusia dan proses penyembuhan.
Falla Adinda juga memiliki karya tulis lain yang relevan. Ia dikenal sebagai penulis buku "Heart Emergency", sebuah judul yang secara tematik konsisten dengan "Saudade" karena sama-sama mengindikasikan eksplorasi emosi dan "hati." Selain itu, ia memiliki blog pribadi bernama "Doctor Bebek" (www.doctorbebek.blogspot.com) , yang menjadi wadah bagi tulisan-tulisan personal dan reflektifnya. Keberadaan karya-karya lain dengan tema serupa memperkuat citra Falla Adinda sebagai penulis yang konsisten mengeksplorasi dunia batin dan emosi manusia.
Latar belakang Falla Adinda sebagai seorang dokter medis dan persona publiknya sebagai influencer yang berfokus pada kesehatan dan kesejahteraan manusia memberikan perspektif yang unik dan kuat dalam pendekatannya terhadap tema kerinduan, patah hati, dan penyembuhan dalam "Saudade." Hal ini menunjukkan adanya empati yang sangat mendalam dan otentisitas dalam tulisannya. Profesi dan peran publiknya berpusat pada kesehatan manusia, penderitaan, dan pemulihan. Tema-tema "Saudade"—kerinduan, patah hati, pertumbuhan, dan penyembuhan —secara langsung sejajar dengan pengalaman emosional dan psikologis yang sering ditemui dalam konteks medis. Seorang dokter sering menyaksikan kerentanan, kehilangan, dan ketahanan.
Pengalaman hidup ini kemungkinan besar menanamkan "senandika"-nya dengan rasa otentisitas dan empati yang mendalam, membuat ekspresi "perasaan sejati"-nya lebih kredibel dan berdampak. Penyebutan bahwa ia "baru saja menyelesaikan" Saudade saat membahas pekerjaannya terkait COVID-19, meskipun tanggal publikasinya lebih awal, menunjukkan keterlibatan berkelanjutan dengan tema-tema ini yang mendahului dan mungkin menginformasikan advokasi kesehatan masyarakatnya di kemudian hari. Identitas gandanya sebagai penyembuh dan penulis prosa ekspresif menciptakan citra penulis yang menarik. Hal ini menunjukkan bahwa karya sastranya bukan sekadar hobi kreatif, tetapi merupakan perpanjangan dari komitmen profesional dan pribadinya untuk memahami dan meringankan penderitaan manusia, baik fisik maupun emosional. Ini menambah bobot signifikan pada tujuan buku yang dinyatakan, yaitu menyediakan saluran bagi kerinduan pembaca.
Tujuan utama penulis dalam menciptakan "Saudade" adalah untuk memberikan wadah bagi pembaca untuk melampiaskan rindu mereka. Harapan yang diungkapkan adalah "Dengan membaca buku ini, semoga rindu-rindumu dapat terlampiaskan". Ini menunjukkan adanya tujuan terapeutik atau katarsis dari buku ini, di mana ia berfungsi sebagai medium bagi pembaca untuk memproses dan melepaskan emosi mereka sendiri. Buku ini tidak hanya menawarkan ekspresi emosi, tetapi juga ruang bagi pembaca untuk refleksi dan pelepasan.
Tujuan eksplisit buku ini untuk menjadi saluran katarsis bagi pembaca, seperti yang diungkapkan melalui harapan "semoga rindu-rindumu dapat terlampiaskan" , mengubahnya dari sekadar kumpulan refleksi personal menjadi sebuah pengalaman emosional yang dapat dibagi, menempatkannya sebagai karya sastra terapeutik. Penulis tidak hanya mengekspresikan perasaannya, tetapi juga mengundang pembaca ke dalam ruang pengalaman bersama. Frasa "Saya di sini, berbicara tentang kamu" memperkuat hubungan yang intim, hampir seperti percakapan, dan empatik ini. Hal ini menunjukkan bahwa penulis memandang karyanya sebagai bentuk persahabatan bagi mereka yang mengalami emosi serupa. Fungsi sastra ini menempatkan "Saudade" tidak hanya sebagai karya sastra yang dikagumi karena keahliannya, tetapi juga sebagai alat fungsional untuk pemrosesan emosi. Nilainya terletak tidak hanya pada nilai artistiknya, tetapi juga pada kemampuannya untuk memfasilitasi penyembuhan dan pemahaman diri bagi pembaca. Ini merupakan aspek penting dari potensi dampaknya.
Penting untuk memahami bahwa pengkategorian "Saudade" sebagai "Kumpulan Senandika" dan bukan sebagai "Novel" (meskipun beberapa penanda penerbit menggunakannya) adalah pembeda yang sangat penting. Perbedaan ini menunjukkan bahwa fokus utama buku ini adalah pada ekspresi emosional dan introspeksi, bukan pada pengembangan plot naratif. "Senandika," seperti yang dijelaskan, menyiratkan bentuk yang terfragmentasi, pribadi, dan reflektif, mirip dengan puisi atau monolog, yang berpusat pada keadaan batin seperti "isi hati, perasaan, sifat, konflik batin". Sebaliknya, "novel" biasanya menyiratkan narasi terstruktur dengan karakter, alur, dan latar yang jelas.
Penggunaan label "Novel" atau #Romance oleh penerbit mungkin merupakan kategori pemasaran yang lebih luas untuk menjangkau audiens yang lebih besar, namun hal itu tidak secara akurat mencerminkan struktur internal buku. Hal ini menunjukkan pilihan yang disengaja oleh penulis untuk memprioritaskan ekspresi emosi yang mentah di atas penceritaan tradisional. Bagi seorang analis literatur, memahami perbedaan ini sangat penting karena hal itu menetapkan ekspektasi yang benar bagi pembaca: mereka harus mendekati buku ini bukan untuk mengikuti sebuah cerita, melainkan untuk merasakan dan merenungkan emosi. Kesalahan dalam pelabelan sebagai novel dapat menyebabkan kekecewaan pembaca jika mereka mengharapkan plot konvensional. Ini menyoroti posisi unik buku dalam lanskap literatur, yang lebih condong ke arah literatur ekspresif daripada fiksi naratif.
"Saudade" karya Falla Adinda adalah sebuah "Kumpulan Senandika" yang menawarkan eksplorasi mendalam tentang kerinduan, patah hati, dan perjalanan menuju penyembuhan emosional. Buku ini menonjol karena pendekatannya yang sangat personal dan jujur, menggunakan bahasa sederhana yang memungkinkan koneksi langsung dan intim dengan pembaca. Latar belakang penulis sebagai seorang dokter dan influencer di bidang kesehatan memberikan kedalaman dan otentisitas pada tema-tema emosional yang diangkatnya, menunjukkan bahwa karyanya adalah perpanjangan dari komitmennya untuk memahami dan meringankan penderitaan manusia.
Meskipun terdapat sedikit inkonsistensi dalam detail bibliografi antar sumber, hal ini merupakan hal yang umum dalam data daring dan tidak mengurangi esensi atau tujuan buku. Penting untuk membedakan buku ini dari karya lain yang memiliki judul serupa, karena ulasan publik spesifik untuk "Saudade" Falla Adinda sangat terbatas dalam informasi yang tersedia, menunjukkan bahwa dampaknya mungkin lebih terasa pada tingkat personal dan individual.
Meskipun ulasan publik langsung terbatas, fokus tematik yang konsisten pada kerinduan, penyembuhan, dan katarsis emosional menempatkan "Saudade" sebagai kontribusi berharga bagi literatur ekspresif. Buku ini sangat relevan bagi pembaca yang mencari resonansi emosional dan rasa pengalaman manusia yang dapat dibagi, daripada keterlibatan naratif tradisional. Kekuatan buku ini terletak pada kemampuannya untuk berfungsi sebagai "cermin" atau "saluran" bagi perasaan "saudade" pembaca sendiri. Ini berarti keberhasilannya diukur bukan dari pujian kritis terhadap plot atau pengembangan karakter, melainkan dari kapasitasnya untuk membangkitkan empati dan memberikan pelepasan emosional. Buku ini memenuhi ceruk khusus dalam literatur ekspresif, berfokus pada pengalaman membaca sebagai bentuk pemrosesan emosi.
Berdasarkan analisis ini, buku "Saudade" sangat direkomendasikan bagi pembaca yang:
Mencari wadah untuk melampiaskan perasaan rindu, nostalgia, atau sedang dalam proses penyembuhan emosional.
Menghargai ekspresi perasaan yang jujur dan lugas, tanpa terbebani oleh plot naratif yang kompleks.
Tertarik pada karya-karya yang menawarkan refleksi personal dan koneksi emosional yang intim.
Buku ini berfungsi sebagai teman emosional yang dapat memberikan kenyamanan dan validasi bagi mereka yang menavigasi perasaan kompleks, menjadikannya sebuah bacaan yang berharga dalam kategori sastra ekspresif.
Saudade: Kumpulan Senandika adalah pilihan tepat bagi pembaca yang menyukai karya sastra yang penuh emosi dan refleksi. Buku ini cocok dibaca saat merindukan seseorang atau ketika ingin merenungkan kembali kenangan indah yang pernah ada. Dengan gaya penulisan yang menyentuh hati, Falla Adinda berhasil menyampaikan perasaan rindu dan kehilangan dengan cara yang indah dan menyentuh.
Bagi Anda yang tertarik untuk membaca buku ini, Saudade tersedia di berbagai toko buku online seperti Bukabuku dan Gramedia.
Sumber referensi review:
Judul | Rating | Cerita & Ilustrasi | Tebal | Berat | Format | Tanggal Terbit | Dimensi | ISBN | Penerbit |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Saudade | 4.5 | Falla Adinda | 172 halaman | 0.2 kg | Soft cover | 26 September 2019 | 16 x 16 cm | 9786026714558 | Falcon Publishing |
Dapatkan buku ini di Marketplace maupun di Gramedia.com
Posting Komentar
0 Komentar