A. Teeuw pernah mengatakan bahwa Pramoedya merupakan penulis yang muncul hanya sekali dalam satu generasi, atau malah dalam satu abad. Saya yakin, pendapat itu tidak hendak melebih-lebihkan. Pramoedya adalah novelis yang tidak hanya mewakili Indonesia melainkan juga kawasan Asia. Ia penulis yang mencurahkan pemikiran di bawah naungan humanisme. Kemanusiaan merupakan satu dasar pemikiran dan landasan penciptaan karya Pramoedya.
Falsafah ini bersumber dari pandangan bahwa manusia yang hakiki melepaskan diri dari segala belenggu, seperti penolakan atas warisan budaya yang kolot, perlawanan atas ketidakadilan kekuasaan kolonial, atau semangat membangun kebebasan dan kesejahteraan dalam lingkup kesatuan bangsa. Sikap ini tentu saja bukan tanpa risiko. Ia harus meringkuk di penjara selama tujuh belas setengah tahun masing masing pada zaman Belanda, Orde Lama, dan Orde Baru.
Dalam buku ini, saya memberi tanggapan terhadap Bumi Manusia, Arus Balik, Arok Dedes, dan Gadis Pantai. Saya menganalisis dan menguraikan dunia Pramoedya melalui karya-karyanya. Saya tidak hanya menjunjung tinggi dan mengungkapkan kedalaman makna serta pesan tematik novel-novel Pramoedya, melainkan, sebagai seorang sarjana yang berkecimpung dalam bidang kritik sastra, saya berusaha membuktikan keunggulannya sekaligus. Prof. Koh Young Hun
Berikut adalah beberapa hal yang dapat dipelajari dari buku Pramoedya Menggugat, Melacak Jejak Indonesia:
- Karya-karya Pramoedya merupakan kritik sosial yang tajam terhadap berbagai bentuk penindasan dan ketidakadilan.
- Karya-karya Pramoedya merupakan upaya untuk melestarikan budaya dan sejarah Indonesia.
- Pramoedya adalah salah satu sastrawan Indonesia yang paling berpengaruh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar