Iyan digambarkan bukan hanya sekadar sebagai “anak tengah” yang sering kali merasa diabaikan, tetapi juga sebagai individu dengan kompleksitasnya sendiri: merasa diabaikan, bingung menemukan posisinya di antara kakak dan adik, serta berjuang untuk mendapatkan pengakuan dari orang tua.
Dalam ulasan ini, kita akan menganalisis konten, cara penulisan, nilai-nilai yang terkandung, serta alasan mengapa Iyan Bukan Anak Tengah pantas menjadi pilihan bacaan kamu.
Semakin banyak penulis muda di bidang sastra Indonesia yang menceritakan kisah-kisah yang relevan dengan kehidupan sehari-hari pembacanya. Armaraher adalah salah satu contohnya. Karyanya, Iyan Bukan Anak Tengah, memenuhi kriteria tersebut. Buku ini menarik perhatian karena menyajikan kisah tentang keluarga, pencarian jati diri, dan interaksi antar saudara dengan cara yang lembut dan penuh pertimbangan.
Sinopsis singkat
Helaan napas lelah terdengar dari cowok yang sedang menatap lantai keramik putih di bawah kakinya yang mengayun pelan. Hari Senin paginya terasa sama seperti hari hari lainnya yang mengejar tanpa jeda. Hampa, lelah, jenuh, dan menyebalkan. Seperti pagi ini, Riyan Akrael Putra atau akrab disapa Iyan sudah terlalu muak untuk mendengarkan ocehan yang akan berlanjut sepanjang hari dari abangnya, Danan. Riyan tidak bisa berbuat banyak selain mendengarkan, walaupun tak jarang ia mencoba melawan untuk membela diri.
Terkadang Riyan iri kepada abang dan adiknya yang selalu mendapatkan perhatian serta kasih sayang yang lebih dari orang tuanya. Sebagai seorang anak tengah yang memiliki dua peran sekaligus sebagai adik dan kakak, Riyan merasa terbuang karena keberadaannya yang terabaikan.
Riyan selalu berharap berada di tengah-tengah Keluarganya yang hangat, dianggap ada sekaligus disayangi sebagaimana yang Abang dan Adiknya rasakan, tetapi bukan semata-mata kehadirannya ada hanya karena dibutuhkan saja.
Di usianya yang baru menginjak remaja, seharusnya Riyan bisa menghabiskan waktu untuk menemukan hal baru di hidupnya, bukan merasakan beban dan luka yang membuatnya berhenti di titik itu dan tidak membiarkannya tumbuh menjadi remaja normal seusianya.
Riyan hanya ingin diperlakukan adil, disayangi sebagaimana mestinya, bukan dicampakkan dan dijadikan sebagai prioritas terakhir oleh orang tuanya.
Namun, bisakah Riyan bertahan ketika rasa sabarnya sudah di ambang batas?
Seperti yang tertera pada judul, novel ini berfokus pada Iyan, seorang anak yang sering disebut sebagai "anak tengah" dalam keluarga. Namun, Armaraher dengan sengaja mengolah stereotip tersebut dan malah mengubah perspektif para pembaca.
Alur cerita mengikuti kehidupan sehari-hari Iyan yang penuh kesederhanaan, hubungan dengan keluarganya, hingga perjalanan menuju kedewasaan. Dari sinilah pembaca diajak memahami bahwa sebutan "anak tengah" sejatinya hanyalah hasil konstruksi sosial—yang jauh lebih penting adalah cara seseorang menilai keberadaannya.
Novel Iyan Bukan Anak Tengah bukanlah sebuah ciptaan yang dikhususkan langsung untuk diterbitkan sebagai buku. Karya ini merupakan hasil pengarahan dari sebuah cerita Alternate Universe (AU) yang ditulis oleh Armaraher dan mulai diunggah di akun Twitter-nya pada 8 Oktober 2022. Fenomena AU di platform sosial, di mana para penulis menciptakan kisah fiksi dengan menggunakan karakter-karakter yang sudah dikenal (seperti idola K-pop), telah menjadi sebuah tren yang kuat dalam beberapa tahun terakhir di kalangan generasi muda. Peralihan cerita digital yang populer ini ke bentuk cetak oleh Penerbit Akad x Skuad pada tahun 2023 menandakan sebuah pengakuan yang berarti dari industri penerbitan konvensional terhadap genre dan bentuk narasi baru ini.
Novel ini mengisahkan Riyan, seorang remaja yang berjuang dengan perasaan terasing dan tidak diperhatikan dalam keluarganya. Sebagai anak kedua dari tiga bersaudara, ia sering merasa bahwa ia merupakan prioritas terakhir bagi orang tuanya, Cakra dan Wena, yang terlalu fokus pada pekerjaan mereka. Riyan merasakan bahwa kakaknya, Danan, menjadi panutan keluarga, sedangkan adiknya, Abiuan atau Uan, merupakan anak yang paling disayangi. Perasaan ini semakin diperkuat oleh fakta bahwa Danan sering meminta Riyan untuk melakukan banyak hal dan karena Abiuan memerlukan perhatian lebih lantaran usianya yang masih sangat muda.
Seringkali tanpa bantuan atau dukungan emosional dari orang tuanya, Riyan harus bertanggung jawab untuk mengurus rumah dan merawat adiknya, yang membuatnya terbebani dan merasa tidak puas. Dia harus menghadapi beberapa masalah sendirian, baik di keluarga maupun di sekolah, yang membuatnya merasa terisolasi dan tertekan. Alur cerita dari buku ini ditampilkan secara maju dengan banyak kilas balik yang mencerminkan penderitaan Riyan dari waktu ke waktu.
Titik perubahan dalam narasi ini terjadi ketika musibah menimpa keluarga mereka: Uan dan Oma tewas dalam sebuah kecelakaan kendaraan. Peristiwa ini membuat Cakra dan Wena menyadari kesalahan mereka dalam membesarkan anak-anaknya. Meskipun Riyan dan Danan merasakan trauma emosional yang tidak bisa sembuh dengan cepat dan membutuhkan waktu yang lama, narasi selanjutnya menekankan bagaimana orang tua berusaha memperbaiki hubungan mereka.
Analisis karakter dari para tokoh
Riyan (Iyan): Keseharian di Tengah Rasa Terabaikan
Tokoh utama dalam cerita ini, Riyan, adalah seseorang yang menanggung beberapa beban emosional yang berat. Ia adalah seseorang yang oleh keluarganya sendiri dipandang terasing dan tidak dianggap. Ia sering merasa bahwa di mata orangtuanya, segala sesuatu yang ia lakukan selalu salah, bahkan ketika ia tidak melakukan apa-apa. Selain tanggung jawab untuk mengurus rumah dan merawat adiknya, beban yang ia pikul juga meliputi isolasi dan tekanan yang ia alami-termasuk di lingkungan sekolahnya.
Dari perspektif psikologi, pemeriksaan mendalam terhadap karakter ini mengungkapkan bahwa Riyan memiliki "konsep diri yang negatif. " Ini terjadi karena adanya ketidaksesuaian antara 'diri ideal' dan 'diri nyata' yang dimilikinya. Keadaan psikologis ini muncul akibat kurangnya "penghargaan positif tanpa syarat" dari orang tuanya. Perlakuan yang tidak adil dan kekurangan dukungan emosional secara signifikan memengaruhi cara Riyan melihat dirinya sendiri serta berhubungan dengan lingkungan sekitarnya.
Danan: Beban Ekspektasi Anak Sulung
Awalnya terlihat sebagai orang yang emosional, Danan, kakak dari Riyan, sering memerintah adiknya. Namun seiring berjalannya alur cerita dalam novel ini, banyak sisi lain yang terungkap. Investigasi intensif mengungkap bahwa Danan sebenarnya adalah korban dari pola asuh orangtuanya. Dia adalah “anak yang dibanggakan,” yang dibebani dengan ekspektasi tinggi untuk selalu menjadi sempurna. Danan sering tidak diberi izin untuk mengambil keputusan sendiri, bahkan untuk hal-hal besar seperti memilih jurusan kuliah.
Meskipun beberapa pembaca mengkritik bahwa kisah Riyan terabaikan, namun peralihan perhatian pada tokoh Danan-sebelumnya merupakan pilihan naratif yang sesuai dengan makna yang lebih mendalam-sebenarnya dapat dimengerti. Dengan menceritakan kisah Danan, penulis mengungkapkan bahwa penderitaan emosional tidak hanya dialami oleh anak tengah. Anak sulung pun memiliki beban harapan yang besar dan dapat mengakibatkan tekanan psikologis yang berat. Hal ini memperluas cakupan novel ini lebih dari sekadar kisah “sindrom anak tengah” menjadi kritik yang lebih menyeluruh terhadap disfungsi sistemik dalam keluarga modern, di mana setiap posisi anak membawa berbagai trauma.
Dinamika Orang Tua
Cakra dan Wena, orang tua Riyan, digambarkan sangat terfokus pada pekerjaan mereka, sehingga kurang memperhatikan ketiga anak mereka. Pendekatan terhadap pendidikan pun tidak seimbang; ibu lebih fokus pada Abiuan sementara ayah lebih mendukung Danan. Mereka sering menganggap Riyan sebagai sumber masalah dan bahkan memperlakukannya sebagai “beban”.
Kritik terhadap gaya mendidik ini mencapai puncaknya ketika keluarga mereka tertimpa musibah. Yang menyedihkan, orang tua baru menyadari kesalahan mereka setelah kehilangan Uan dan Oma dalam sebuah kecelakaan. Penggunaan narasi yang ekstrem ini dapat dilihat sebagai agen pendorong dramatis untuk perubahan karakter. Dampak emosional yang mendalam dari peristiwa ini menyebabkan pembaca sering kali merasa ingin menangis. Namun, dari perspektif naratif, menjadikan bencana sebagai satu-satunya penyebab perolehan kesadaran dapat dilihat sebagai metode yang kurang realistis dibandingkan dengan pengembangan karakter yang lebih bertahap.
Tema Utama
Ada beberapa tema besar yang diangkat Armaraher dalam novel ini:
Keluarga dan Perhatian
Bagaimana setiap anak dalam keluarga punya cara berbeda dalam mencari perhatian. Novel ini menyoroti ketidakadilan kecil yang sering tak disadari orang tua.
Identitas dan Jati Diri
Iyan tidak ingin hanya dikenal sebagai "si anak tengah". Ia berjuang membentuk identitasnya sendiri.
Rasa Tidak Adil dan Penerimaan
Dari rasa iri, marah, hingga akhirnya menerima keadaan, Iyan memperlihatkan perjalanan emosional yang sangat relevan untuk banyak pembaca.
Relasi Saudara
Kakak, adik, dan Iyan punya dinamika khas: kadang berantem, kadang kompak, kadang pura-pura cuek tapi sebenarnya saling peduli.
Pentingnya Komunikasi dan Empati
Salah satu tema utama lainnya adalah kelemahan komunikasi yang besar dalam keluarga Riyan. Buku ini mengungkapkan pesan moral yang mendalam tentang betapa pentingnya bersikap adil, peka, dan memiliki empati terhadap sesama, serta menyelesaikan masalah dengan komunikasi yang baik. Cerita ini berperan sebagai pengingat bahwa komunikasi adalah kunci untuk merubah situasi dan memperbaiki hubungan yang bermasalah.
Gaya Penulisan Armaraher
Salah satu ciri khas Armaraher adalah penyampaiannya yang luwes dan jelas, yang sangat cocok dengan kehidupan sehari-hari para pembacanya. Bahasanya terasa alami; narasinya singkat namun sarat akan makna.
Ia membiarkan perjalanan Iyan berkembang secara alami; tidak mencoba untuk mengajari. Pembaca akan tersenyum karena canda tipis di beberapa bagian membuat mereka tertawa, namun momen-momen introspektifnya mampu menghangatkan hati.
Cara penulisan Iyan Bukan Anak Tengah adalah salah satu daya tarik utamanya. Penuturan Armaraher sangat mudah dipahami oleh pembaca karena ia menulis dengan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti, dan sesuai dengan bahasa anak muda dalam kehidupan sehari-hari. Banyak pembaca menyukai alur cerita yang “rapi dan indah” yang membantu mengkomunikasikan emosi. Selain itu, dengan menyuntikkan humor segar ke dalam beberapa bagian cerita, penulis secara efektif menyeimbangkannya dengan elemen ketakutan yang lazim dalam narasi. Kekuatan besar dari buku ini terletak pada kemampuannya untuk memancing respon emosional yang sangat intens dari para pembacanya. Banyak ulasan yang mencatat bahwa buku ini membuat mereka “menangis tersedu-sedu” dan “berlinang air mata”, yang mendorong sebagian besar kesuksesan komersialnya.
Kelebihan dan kekurangan buku
Kelebihan Buku Iyan Bukan Anak Tengah
- Dekat dengan Realitas – Banyak pembaca, khususnya yang pernah merasa "dipinggirkan" dalam keluarga, akan merasa terwakili.
- Bahasa Mudah Dicerna – Tidak bertele-tele, cocok untuk pembaca remaja maupun dewasa muda.
- Pesan yang Kuat – Mengingatkan pentingnya komunikasi dalam keluarga dan bahwa setiap anak berharga.
- Karakter Iyan yang Autentik – Tidak dibuat sempurna; justru kelemahannya membuat ia lebih nyata.
Kekurangan Buku
Tentu saja, tidak ada karya yang sempurna. Beberapa pembaca mungkin merasa:
- Alur cerita agak terlalu sederhana bagi yang mencari konflik kompleks.
- Beberapa bagian terasa klise karena isu “anak tengah” sering muncul dalam budaya populer. Namun, hal ini tidak mengurangi nilai emosional dari buku ini.
Pesan Moral
- Tidak ada anak yang benar-benar “kurang penting” dalam keluarga.
- Label yang dilekatkan orang lain bukanlah identitas kita.
- Rasa iri atau tidak adil bisa menjadi bahan bakar untuk tumbuh, asal diolah dengan baik.
Kenapa Harus Membaca Buku Ini?
- Hangat, ringan, namun bermakna
- Mengangkat isu keluarga yang jarang dibicarakan secara serius
- Bisa dibaca dalam waktu singkat tapi meninggalkan kesan panjang
Profil Penulis: Armaraher
Kesimpulan
Novel Iyan Bukan Anak Tengah secara efektif telah menjadi salah satu karya fiksi yang paling relevan dan berpengaruh bagi remaja di Indonesia saat ini. Meskipun ada beberapa kelemahan teknologi yang mungkin menjadi fokus para kritikus sastra, kekuatan besar novel ini terletak pada kedalaman emosi dan relevansi sosialnya yang melampaui batas-batas tersebut. Buku ini lebih dari sekadar kisah; ini juga merupakan investigasi yang menarik tentang bagaimana teks populer yang berasal dari platform media sosial dapat berfungsi sebagai cermin dan kritik terhadap realitas sosial dan psikologis kontemporer. Karya ini merupakan “cermin literatur” yang merefleksikan masalah keluarga modern dan kesehatan mental remaja; oleh karena itu, karya ini memenuhi syarat untuk diteliti lebih mendalam.
Berdasarkan tinjauan yang telah dilakukan, buku ini sangat disarankan bagi mereka yang mencari cerita fiksi yang penuh emosi dan menyampaikan nilai-nilai moral yang mendalam tentang keluarga dan pencarian identitas diri. Untuk para peneliti dan analis, buku ini memberikan pemahaman berharga mengenai tren sastra populer serta perkembangan psikologi sosial di kalangan anak muda. Keberhasilan buku ini menegaskan bahwa dalam dunia penerbitan saat ini, sebuah karya dapat menjangkau banyak orang dan memberikan pengaruh budaya yang berarti, meskipun berasal dari platform digital dan memiliki beberapa kekurangan teknis, asalkan karya tersebut dapat menyentuh secara tulus pengalaman emosional pembacanya.
Secara keseluruhan, Iyan Bukan Anak Tengah karya Armaraher adalah novel yang hangat, relatable, dan penuh refleksi. Ia bukan sekadar kisah tentang “anak tengah”, tapi tentang bagaimana setiap individu dalam keluarga berhak mendapat ruang untuk didengar dan dihargai.
Dengan gaya penulisan yang ringan namun bermakna, buku ini layak dibaca siapa saja—baik remaja, orang tua, maupun siapa pun yang ingin memahami dinamika keluarga lebih dalam.
*****
Referensi yang digunakan dalam review:
- Gramedia.com
- web.smpmusasi.sch.id
- indonesia membaca.perpusnas.go.id
- panturanews.com
- lazada.co.id
- Shopee.co.id
- id.scribd.com
- kumparan.com
- riskafikriana.id
- jurnal.unprimdn.ac.id
- goodreads.com
- gudangjurnal.com
- kompasiana.com
Judul | Rating | Cerita & Ilustrasi | Tebal | Berat | Format | Tanggal Terbit | Dimensi | ISBN | Penerbit |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
JudulIyan Bukan Anak Tengah | Rating4.9 | Cerita & IlustrasiArmaraher | Tebal292 halaman | Berat0.205 kg | FormatSoft cover | Tanggal Terbit13 Maret 2023 | Dimensi19 x 13 cm | ISBN9786230918452 | PenerbitAkad x Skuad |



Pesan dari
KATALOG BUKU
Buku pilhan lainnya:
Bingung ingin baca review buku apalagi? Silakan cari disini.
Kamu juga bisa temukan buku lain nya di Katalog Kami
Posting Komentar
0 Komentar